Gelombang Cinta....Gelombang Bisnis  

Saya punya seorang teman di kantor sebut saja Budi, yang seumur-umur tidak pernah menyentuh tanaman apalagi memeliharanya. Halaman rumahnya pun tidak jelas konsep tanamannya mau gimana. Katanya tanaman itu sekedar penghias saja tidak lebih tidak kurang.

Tapi akhir-akhir ini perilakunya sangat aneh menurut saya. Budi rajin sekali langganan tabloid tanaman dan tiap akhir pekan selalu mengunjungi pameran tanaman hias. Wah makhluk UFO manakah yang mampu membuatnya berubah 180 derajat itu. Istrinya sempat curhat bahwa Budi seakan-akan sudah punya istri kedua karena perhatiannya agak berkurang. Saya ketawa dalam hati meski heran juga.Read more..

Usut punya usut Budi sedang kena setrum tanaman Gelombang Cinta yang harganya bisa mencapai puluhan juta. Harga untuk bibit Gelombang yang ukuran daunnya tidak seberapa itu bisa mencapai ratuan ribu rupiah. Bahkan para 'pemain' di bisnis tanaman ini juga mengalami perubahan dari rata-rata wanita menjadi pria. Wah keliatannya saya ketinggalan banyak informasi nih selama ini.

Rupanya demam ini melanda kaum bapak itu tidak terlepas dari harga tanaman itu yang trus membubung. Bahkan ada transaksi untuk tanaman Jenmanii Supernova setinggi 1 meter seharga 300 juta. Untuk bijinya saja bisa dihargai Rp 1 juta per butirnya. Saya juga baru tahu bahwa selama tahun 2007 ini harganya tidak pernah turun dan terus naik. Pantas semuanya pada berlomba mengejar tanaman itu.

Namun ada beberapa risiko yang menjadi pertimbangan ketika saya ditawari oleh Budi untuk ikutan bisnis tanaman 'ajaib' itu. Pertama, saya tidak bisa menaksir nilai dari tanaman itu. Bagaimana bisa menilai jika daun tanaman itu masih sebesar kuku seharga ratusan ribu. Apanya yang membuat mahal? Pertanyaan ini yang melintas pertama dalam benak saya.

Kedua, jika benar tanaman ini laku keras, maka siapa yang menjadi end-user? Apakah semua end-user mengerti tentang apa yang menjadi nilai keindahan tanaman ini. Bukankah tanaman ini tidak berbeda dengan tanaman lainnya. Ada kemungkinan tanaman ini hanya berputar pada para pedagang yang sarat dengan unsur spekulasi.

Ketiga, para nursery (pedagang besar tanaman) yang bermain tanaman ini biasanya menggunakan dana pinjaman yang entah berasal dari bank atau sumber informal lainnya. Sudah menjadi gaya umum seorang pedagang untuk selalu menggunakan dana pinjaman dalam menggulirkan roda bisnisnya. Konsekusensinya adalah ketika pasar sudah jenuh dan permintaan merosot tajam, maka terjadinya lomba jualan! Kenapa? Ya karena mereka memiliki jatuh tempo pinjaman yang harus dibayar sehingga kebutuhan akan uang kas sangat tinggi. Yang sudah untung banyak segera merealisasikan dan yang rugi sedikit segera cut loss.

Jika kombinasi ketiga kondisi di atas terjadi , siapa yang terjepit? Sudah tentu para pedagang kecil atau orang-orang seperti Budi tadi. Risiko tersebut mengingatkan saya akan 'boom' ikan Lou Han beberapa tahun silam yang hingga hari ini tidak terdengar lagi hiruk pikuk transaksi.

Berpikir secara tenang dan memperhitungkan kemungkinan risiko yang bakal terjadi senantiasa resep sederhana yang ampuh menjagai diri kita dari berbagai gelombang pasang peluang bisnis. Seperti pepatah kuno Embah Darmo, eling lan waspada...selalu ingat dan waspada. Terhadap apapun di dunia ini.

2 comments: to “ Gelombang Cinta....Gelombang Bisnis

  • Anonymous
    December 5, 2007 at 4:03 AM  

    Tukang Cabe,tolong diramalin duonk besok2 ada gelombang apa lagi. Mirip kolektor perangko aza. Btw, gw sempet loh nyicip louhan temen kos gw dulu,digoreng kasi kecap.

  • Anonymous
    December 5, 2007 at 6:11 AM  

    Masalah ramal meramal wah gak handal hehehehhe kurang puasanya kali :D

    Tentang louhan goreng, brapa tuh kalo dijual per porsi? heheh