Jalan Busway, Jalan Umpatan!  

Pagi ini saya kembali melewati jalan Thamrin dan Sudirman menuju tempat kerja di daerah SCBD. Setelah saya amati jalur busway di jalan protokol utama ini saya terbelalak. Wowwww! Jakarta sebagai ibukota negara yang memiliki penduduk terbesar memiliki jalur busway yang membuat negara lain punya bahan untuk ngeledek habis-habisan! Kenapa saya katakan seperti itu?

Coba perhatikan lebih teliti lajur Thamrin-Sudirman. Pasti Anda akan menemui banyak sekali tambal sulam antara beton dan aspal. Suatu daerah jalan beton cukup panjang kemudian ada jalan aspal, tapi kemudian aspal lagi. Menurut saya sangat tidak rapi dan tidak profesional. Terlebih lagi di sepanjang jalan beton itu pinggirnya tidak rapi seperti sobekan kertas dan tidak ada cat list-nya. Saya senyum-senyum sendiri tapi dalam hati kecewa berat atas kondisi ini.

Sebaliknya dengan kondisi jalanan di Singapura. Bulan Oktober lalu saya mendapat kesempatan training di Singapura dan sempat muter-muter kota yang sangat nyaman itu. Semua jalan utama di Singapura sangat bersih dan dalam kondisi terawat. Marka jalan dan rambu-rambu sangat jelas dengan petugas polisi yang terkenal tegas dalam menjalankan aturan.

Di sisi kiri jalan juga terdapat jalur bis kota yang fungsinya tidak jauh berbeda dengan busway. Bis kota itu berukuran sangat besar dan beberapa malah tingkat melawati jalur yang telah ditentukan, sehingga bobot tekanan ke satu aspal jalan sebalah pinggir sangat besar. Dengan kondisi itu tidak terlihat aspal yang 'meleyot' atau compang-camping tambalan.

Sungguh saya ngiri melihat kondisi lalu lintas yang oke banget dan tertib. Saya kemudian berpikiran kenapa pemerintah kita tidak bisa melalukan yang sama? Saya malah menjadi menduga-duga bahwa ini 'mungkin' terkait dengan 'mentalitas proyek' yang dimiliki oeh pemerintah khususnya Departemen Perhubungan. Akhir tahun maka untuk menghabiskan anggaran justru harus ngebongkar jalan yang sebenarnya tidak perlu. Sadisnya perbaikan ini bersifat tanggung sehingga memungkinkan tahun depan untuk dibongkar lagi.

Nah, mentalitas proyek ini yang menyebab kritikan demi kritikan terlempar ke pemerintah. Dapat dibayangkan apabila dalam menjalankan suaru perusahaan dengan mental proyek. Pekerjaan diselesaikan bukan beroritentasi untuk memberikan jasa/produk yang terbaik tetapi sekedar memenuhi key performance individu (KPI) dan tidak tuntas.

Apabila kultur kerja yang buruk terus dibiarkan maka dalam jangka panjang perusahaan akan ditinggalkan konsumennya yang kecewa atas pola kerja semacam itu. Merubah kultur kerja yang telah mengakar cukup lama akan memakan biaya yang cukup besar dan terdapat resistensi yang besar dari karyawan atau bahkan pejabat bakalan terpotong 'proyeknya'. Untuk skala radikal bahkan perlu dilakukan PHK kepada banyak karyawan yang sulit berubah dengan kultur kerja baru.

Ibarat dinosaurus yang jaman purbakala bertubuh sangat besar tetapi tidak mau beradaptasi maka perusahaan yang tidak mau berubah maka memiliki risiko yang sangat besar. Lingkungan saat ini berubah sangat cepat dengan trigger teknologi. Risiko perubahan itu tidak hanya diantispasi dari segi keuangan, tetapi juga dengan perubahan kultur dan sikap karyawan serta direksi dalam menjalankan tata kelola sehari-hari. Jika tidak...ya seperti jalan busway itu, selalu diumpat pengendara (konsumen).

1 comments: to “ Jalan Busway, Jalan Umpatan!

  • Anonymous
    November 1, 2008 at 10:44 PM  

    smoga bermanfaat info singkat ini.
    di Jalan Tubagus Angke dua tahun lalu dimulai project pembuatan Jembatan Pesing atau kadang2 disebut Jembatan Genit. baru kelar atau dpt berfungsi mgkn 8 bln lalu tp sampe skrg. finishing nya tdk bisa 100%. di Jln Angke tersebut ada satu lubang tepat ditengah2 yg disisain entah utk siapa? lubang ini ada krn sambungan peninggian jalan saat pembuatan Jembatan. harap jd perhatian. thx
    ~Vj Nv~